Antara Ajaran para Walisongo, manusia itu hendaklah sentiasa eling dan waspada. Apa pengertiannya. eling dan waspada itu?
Eling
Eling bermaksud ingat, maksudnya ingat asal usul kita. Dari Tuhan dicipta melalui air seni sang bapak dan sang ibu kerana kehendak Tuhan (sangkaning dumadi). Pemahaman ini mengajak kita untuk menyedari bahawa tak ada cara untuk menafikkan penyebab adanya diri kita saat ini yakni Tuhan Maha Esa. Jadi orang harus tahu dan sedar diri untuk selalu manembah/beribadah kepada Yang Mahakuasa Allah Swt.
Eling bahawa kita seharusnya menjalani kehidupan di mayapada ini sebagai syarat utama yang menentukan kemuliaaan kita hidup di alam kelanggengan atau akhirat nanti, di mana menjadi tempat tujuan kita ada di bumi (paraning dumadi). Manembah bukan hanya dalam batas sembah raga atau jasad, namun lebih utama mempraktikkan sikap manembah tersebut dalam pergaulan sehari-hari kehidupan bermasyarakat.
Di samping manembah kepada Tuhan adalah menjadi keutamaan untuk eling sebagai manusia yang hidup bersama dan berdampingan sesama makhluk Tuhan. Instrospeksi diri atau mawas diri sebagai modal utama dalam pergaulan yang menjunjung tinggi perilaku utama yakni budi pekerti luhur atau disebut sebagai mulat laku kautamaning bebrayan.
Dengan melakukan perenungan diri, mengingat atau eling dari mana dan siapa kita punya, kita menjadi, kita berhasil, kita sukses. Kita tidak boleh ngilang-ilangke atau menghilangkan jejak dan tidak menghargai jasa baik orang lain kepada kita. Sebaliknya, eling sangkan paraning dumadi, berarti kita dituntut untuk niteni kabecikaning liyan.
Mengerti dan memahami kebaikan orang lain kepada kita. Bukan sebaliknya, selalu menghitung-hitung jasa baik kita kepada orang lain. Jika kita ingat dari mana asal muasal kejayaan kita saat ini, kita akan selalu berlapang dada untuk membalas jasa baik orang lain pernah lakukan. Sebab, hutang budi merupakan hutang paling berat. Jika kita kesulitan membalas budi kepada orang yang sama, balasan itu dapat kita teruskan kepada orang-orang lain. .
Eling bermakna sebagai pedoman tapa ngrame, melakukan kebaikan tanpa pamrih. Tidak hanya itu saja, kebaikan yang pernah kita lakukan seyogiyanya dilupakan, dikubur dalam-dalam dari ingatan kita. Dalam pepatah disebutkan,” kebaikan orang lain tulislah di atas batu, sebaliknya kebaikan kamu sendiri lakukan dan tulislah di atas tanah”. Kebaikan orang lain kepada diri kita “ditulis di atas batu” agar tidak mudah terhapus dari ingatan. Sebaliknya kebaikan kita “ditulis di atas tanah” agar mudah terhapus dari ingatan kita.
Eling siapa diri kita untuk tujuan jangan sampai bersikap sombong atau takabur. Selalu mawas diri atau mulat sarira adalah cara untuk mengenali kelemahan dan kekurangan diri peribadi dan menahan diri untuk tidak menyerang kelemahan orang lain. Sebaliknya selalu berbuat yang menentramkan suasana terhadap sesama manusia. Selagi menghadapi situasi yang tidak mengenakkan hati, dihadapi dengan mulat laku satrianing tanah Jawi ; tidak benci jika dicaci, tidak tidak gila jika dipuji, teguh hati, dan sabar walaupun kehilangan.
Waspada
Hina dan celakanya manusia bukan tanpa sebab. Semua itu sebagai akibat dari sebab yang pernah manusia lakukan sendiri sebelumnya. Hukum sebab akibat ini disebut pula hukum karma. Manusia tidak akan luput dari hukum karma, dan hukum karma cepat atau lambat pasti akan berlangsung. Sikap waspada dimaksudkan untuk menghindari segala perbuatan negatif yang mengakibatkan kita mendapatkan balasannya menjadi hina, celaka dan menderita. Misalnya perbuatan menghina, mencelakai, merusak dan menganiaya terhadap sesama manusia, makhluk, maupun lingkungan alam.
Waspada, atas ucapan, sikap dan perbuatan kita yang bisa mencelakai sesama manusia, makhluk lain, dan lingkungan alam.
Waspada terhadap apapun yang bisa menghambat kemuliaan hidup terutama mewaspadai diri sendiri dalam getaran-getaran halus. Meliputi solah (perilaku badan) dan bawa (perilaku batin). Getaran nafsu negatif yang kasar maupun yang lembut.
Mewaspadai apakah yang kita rasakan dan inginkan merupakan osiking sukma (gejolak rahsa sejati yang suci) ataukah osiking raga (gejolak nafsu ragawi yang kotor dan negatif). Mewaspadai diri sendiri berati kita harus bertempur melawan kekuatan negatif dalam diri. Yang menebar aura buruk berupa nafsu untuk cari menangnya sendiri, egois). Dalam kehidupan bermasyarakat, kita harus mewaspadai diri pribadi dari nafsu mentang-mentang yang memiliki kecenderungan eksploitasi dan penindasan : adigang, adigung, adiguna. Dan nafsu aji mumpung: ing ngarsa mumpung kuasa, ing madya nggawe rekasa, tutwuri nyilakani.
Waspada dalam erti cermat membaca bahasa alam atau nggayuh kawicaksananing Gusti. Bahasa alam merupakan perlambangan apa yang menjadi kehendak Tuhan. Bencana alam bagaikan perangkap ikan. Hanya ikan-ikan yang selalu eling dan waspada yang akan selamat.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan